Search

buletin arrayyan

Media Dakwah Generasi Muda

Makna Berqurban

Bro​: Wah udah mau Idul Adha lagi nih bray? Gimana persiapan loe? Hati loe udah siap belum? Masak dari dulu masih nyiapin hati? 

Bray​: hehe.. Alhamdulillah bro, udah ngerti kalau Ibadah qurban itu harus dengan hewan qurban seperti kambing, sapi, dan unta, dan tidak boleh diganti dengan hati ataupun perasaan …

Bro​: Nah… gitu dong bray.. Jadi gimana persiapan loe?

Bray​: Masih nabung bro, sembari nyiapin keikhlasan hati sembari nabung buat beli kambing. Doain ya bro..

​Makna Ibadah qurban hendaknya dijadikan sebagai budaya masyarakat Indonesia yang tidak hanya terikat oleh waktu atau momen Idul Adha saja. Perlu kita pahami bahwa Kata Idul Adha artinya kembali kepada semangat berqurban. Sedangan makna Idul Fitri artinya kembali kepada fitrah. Jika Idul Fitri berkaitan dengan ibadah Ramadhan, dimana setiap hamba benar-benar disucikan untuk mencapai titik fitrah yang suci, tetapi tidak demikian dengan Idul Adha. Idul Adha lebih kepada kesadaran sejarah akan kehambaan yang pernah dicapai oleh nabi Ibrahimdan nabi Ismail. Oleh karena itu, menyembelih qurban adalah satu satu ibadah yang paling utama.

​Ibadah qurban memiliki makna utama berupa kesediaan untuk berqurban sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Contoh tersebut dapat dijadikan inspirasi bagi kita agar saling berbagi dan memberdayakan sesama umat manusia, terutama bagi mereka yang kurang beruntung.

Allah swt menggambarkan kejujuran nabi Ibrahim dalam melaksanakan ibadah qurban dengan dua hal penting yaitu penilaian al istijabah al fauriyah dan Shidqul istislam. 

Pertama, Al istijabah al fauriyah adalah kesigapan nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah walaupun harus menyembelih putra kesayangannya. Hal ini terbukti ketika nabi Ibrahim serta merta menemui putranya Ismail setelahmendapatkan perintah untuk menyembelihnya. Saat itu Nabi Ibrahim langsung menawarkan perintah tersebut kepadanya. Ibrahim berkata:

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Dan ternyata al istijabah al fauriyah ini nampak juga pada diri Ismail ketika menjawab:

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Kedua, Penilaian Shidqul istislam yakni kejujuran dalam melaksanakan perintah.

Allah berfirman: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).”

​Apabila kita selami lebih dalam, banyak filosofi dan makna dari ibadah qurban. Setidaknya ada tiga aspek yang menjadi dasar diwajibkan qurban bagi umat muslim yang sudah mampu walau hanya membeli seekor kambing, pertama pendidikan,kedua sosial dan ketiga keimanan.

​Aspek pendidikan qurban melatih tak hanya ritual ibadah semata, momen Idul Adha bisa menjadi sarana bagi orang tua mengajarkan makna dibalik sebuah pengurbanan, dengan memahami arti pengurbanan, anak akan menyadari bahwa hidup tak selamanya menawarkan kemudahan. “Ajarkan anak untuk memahami bahwa pengurbanan itu bagian yang penting dari mencapai tujuan. Nggak semuanya senang-senang, nggak semuanya gampang,” ujar Najeela seorang psikolog di Jakarta.

​Aspek sosial qurban menanamkan pentingnya berbagi terhadap sesama, akan harta yang dimiliki dengan syariat daging qurban dibagikan bagi fakir miskin karena ujian keimanan seorang muslim diukur dari keihklasannya menyalurkan harta benda yang disayangi atau dicintainya. Selain itu harus menyadari bahwa ada hak orang yang belum beruntung di dalam harta yang kita miliki.

​Aspek akidah dalam ibadah qurban menggambarkan totalitas dan loyalitas penuh terhadap Allah swt. Ketaqwaan harus dibudayakan melalui ibadah qurban, sehingga berpengaruh pada kehidupan nyata. Selain itu, dari sudut pandang sosial ekonomi, Idul Adha mengajarkan nilai solidaritas sosial dan semangat berbagi kepada sesama. 

​Perintah berqurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sangat perduli terhadap fakir-miskin dan kaum dhuafa. Melalui disyariatkannya qurban, kaum muslimin di dunia dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, melatih ketajaman kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, serta mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.

​Pelaksanaan ibadah qurban tak hanya semata mata ibadah yang berhubungan dengan Sang Pencipta, tetapi juga memiliki makna sosial. Hanya sedikit dari orang banyak yang sadar. Hanya sedikit dari orang yang sadar itu yang mau berjuang. Dan hanya sedikit dari yang berjuang itu yang mau berqurban.Begitulah realitanya.

​Pengorbanan yang hakiki bukan hanya sebatas harta benda, melainkan jiwa, raga, hati dan pikiran yang semata-mata karena Allah. Apa yang dilakuakn Nabi Ibrahim mengajarkan kita bahwa, orang yang beriman, akan memberikan sesuatu yang paling dicintainya kepada Allah swt., karena rasa cinta pada Allah melebihi segalanya.

​Makna hakiki Ibadah qurban perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal itu disebabkan karena ibadah qurban memiliki kandungan nilai sosial kemasyaraatan yang tinggi, sarat akan muatan-muatan sosial yang berperan besar dalam menghapus jurang antara si kaya dengan si miskin.

​Si kaya harus senantiasa ingat bahwa titipan rizki dari Allah swt ada sebagian harta yang menjadi hak si miskin yang harus diiinfaqkan. Sedangkan si miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa menyambung hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam kehidupan.Apabila seorang sudah memiliki kemampuan namun tidak berqurban, maka nabi mengharamkan orang tersebut untuk shalat di masjid. Ini penegasan dari Nabi Muhammad ﷺ.

​Memang sudah seharusnya esensi qurban dijadikan kebudayaan bagi umat islam, agar setiap orang yang memiliki kemampuan finansial menjadi seorang yang bijak, adil dan taat agama. Ibadah qurban itu mengandung berbagai aspek positif bagi seseorang dan selayaknya memang tradisi ini dijadikan kebudayaan yang lebih melekat di tengah umat islam.Wallahua’lam bissowwab.[HA]

Hikmah Dibalik Gamis yang Robek

Kaifa Haluk Sahabat muslim….

Semoga senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Allah ta’ala. Dalam edisi kali ini, buletin Ar-Rayyan akan menyajikan Oase Iman. Semoga bermanfaat, let’s check this out

Untukmu PemudaHal yang biasa terjadi ketika sampai pada masa ini, bergejolaknya hawa nafsu. Kalau melihat data statistik; kekerasan, hamil diluar nikah, aborsi, selalu meningkat tiap tahun. Bila kita capek melihat data statistik, tengoklah masyarakat sekitar kita. Perhatikan bagaimana kondisinya? Pergaulan bebas, itu cara untuk menyebutnya.Bahasan kali ini adalah seorang yang beda tahun dengan kita, tapi permasalahan yang dihadapi orang-orang dulu dengan orang-orang sekarang tidaklah jauh berbeda; seputar wanita, tahta dan harta.

Yusuf dan Perbudakan yang Gagal. Singkat cerita, Yusuf pun akhirnya dibeli oleh seorang bendahara kerajaan Mesir, dengan julukan Al Aziz. Yusuf dijadikannya barang jual beli. Bukankah menggemparkan hati kita, orang diperjualbelikan. Tapi inilah siklus kehidupan, berbagai ujian datang tak memilih orang, pergi diwaktu yang ditentukan.

Seseorang yang dijual, berarti tidak berguna bagi penjual. Seseorang yang membeli, berarti ia adalah majikan, yang artinya semua perkataan majikan harus dikerjakan, bisa kita sebut, “perbudakan” pada zaman itu. Tapi lagi-lagi Allah menyelamatkan Yusuf dari perbudakan, bisa kita lihat di Ayat 21 Surat Yusuf, Dan orang mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, ‘Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.

Yusuf dan Anugerah Allah swtAyat 22, “Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu . Sejumlah ahli tafsir berpendapat, bahwa maksud kata “dewasa” berarti telah mencapai umur 30-an, pendapat keduaumur 40-an. Pendapat kedua berdasarkan Ayat 15 Surat al Ahqaaf, “Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun..”. Bila mengikuti pendapat kedua, maka selama 28 tahun Yusuf mendapat pengajaran tentang ‘hikmah, kebijakan dalam beragama dan ilmu, ilmu tentang duniawi. Sebab sejak umur 12 tahun Yusuf berada di kerajaan dan akhirnya pada umur 40 tahun Allah menyempurnakanhikmah dan ilmu baginya.

Anugerah lain yang Allah berikan kepada Yusuf adalah kebaikan fisik dan ketampanan paras. Sebuah keelokan fisik yang semakin indah karena ditambah dengan keelokan hati dan jiwanya; keimanan dan ketakwaan. Subhanallah, itulah keelokan yang sesungguhnya.

Yusuf dan Godaan Wanita. Ayat 23, “Dan perempuan, yang Yusuf tinggal di rumahnya, menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya. Dan dia (perempuan itu) menutup pintu-pintu seraya berkata, ‘Marilah kesini”.

Yusuf seorang pemuda, masih single, tampan dan dalam hal ini Yusuf masih berstatus budak, walaupun tidak diperlakukan sebagaimana budak yang lain. Istri bendahara mesir seorang wanita cantik, dan memiliki kuasa. Bila kita berada di posisi Yusuf, mampukah kita menghindar terhadap godaan wanita cantik, apalagi jika mengingat Yusuf dan istri bendahara mesir berada dalam satu atap?

Terjaganya Kesucian. Yusuf pun akhirnya berlari ke pintu dan pintu-pintu yang lain. Istri bendahara mesir gagal menundukkannya dan Yusuf pun berhasil tidak mengikuti hawa nafsunya. Hingga akhir pintu, gamis belakang Yusuf robek. Berbicaralah seorang bayi, atas izin-Nya, bila gamis depan yang robek berarti wanita itu tidak bersalah, namun bila gamis belakang yang robek berarti wanita itu bersalah.

Begitulah akhir dari hawa nafsu yang selalu dimanja. Pelajaran kali ini ditemukan dua sisi yang berbeda. Pertama, wanita yang mengikuti hawa nafsunya. Kedua, pemuda yang lebih memilih akhirat daripada kesenangan duniawi, pemuda yang melihat petunjuk Allah subhanahu wata’ala. Ayat 24, “Dan Yusuf pun bermaksud (terpikirkan untuk melakukan) dengan perempuan itu andaikata dia tidak melihat petunjuk dari Tuhannya”. Petunjuk yang dimaksudkan; Anugerah serta nikmat-Nya, kasih sayang dan murka-Nya, itulah yangkemudian menyebabkan Yusuf tersadar dari pengaruh nafsu duniawi dan berusaha menjaga diri. Wallahua’lam bisshowab [ASM]

ADAB BERHIAS DALAM ISLAM

​Sobat, dalam pandangan Islam, berhias dan merapikan diri adalah fitrah dan juga suatu kebaikan selama diniatkan untuk tujuan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’alaa. Karena “Sesungguhnya Allah itu indah lagi menyukai keindahan,” (HR. Muslim). Pas banget nihhh yaa, apalagi untuk para perempuan suka bangetkan yaaa berhias hehee.

Tau nggk ternyata Allah sudah mengatur bagaimana mestinya kita berhias looo.Apa ajaa yaaa ???

YUK simak adab-adab serta larangan-larangan yang harus diperhatikan:

1. Berdandan Seperti Orang Musyrik. ‘Umar bin Khathhab ra. telah berkata : “Dan jauhkan dirimu dari bermewah-mewah dan meniru model orang musyrik”. [HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban].

2. Larangan berhias karena sombong karena Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”.[QS. An-Nahl: 23]. Hal ini termasuk dalam larangan mengenakan pakaian syuhrah (kepopuleran) yaitu pakaian yang berbeda dari lazimnya dengan tujuan agar orang lain memandnag kepadanya. 

3. Larangan memakai emas bagi laki-laki. Rasulullah telah bersabda, “Nabi ﷺ telah melarang kami minum dan makan dari bejana yang terbuat dari emas dan perak, memakai sutera dan diibaaj serta dudukdi atasnya”. (HR. Bukhori)

4. Larangan memakai za’faraan bagi laki-laki. Dari Anasradliyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi ﷺ melarang laki-lakimemakai za’faran”. (HR. Bukhori dan Muslim), za’faraan adalahperhiasan dan wewangian para wanita.

5. Larangan Tabarruj yaitu berlebihan dalam berhias atau berdandansaat keluar rumah. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias (bertabarruj) dan bertingkahlaku seperti orang-orang Jahiliyah”. [QS. Al-Ahzaab: 33].

6. Larangan memakai wewangian bagi wanita. Seorang wanita dilarang memakai wewangian yang harumnya begitu menyengat saat keluar rumah karena Rasulullah bersabda, “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, lalu melewati satu kaum agar merekamencium baunya, maka ia adalah pezina”. (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

7. Larangan memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah. Dari ‘Ali bin Abi Thalib radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Nabi ﷺmelarangku memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah”. [HR. An-Nasa’i dan Ibnu Hibban].

8. Larangan menyemir rambut dengan warna hitam. “(Kelak) akanada satu kaum di akhir jaman yang menyemir rambut mereka denganwarna hitam seperti ekor burung merpati. Mereka tidak akanmencium bau surga”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

9. Larangan mencukur rambut dengan model Qaza’. Dalam riwayatAhmad disebutkan Nabi ﷺ melihat seorang anak-anak yang dicukursebagian rambutnya dan dibiarkan sebagian yang lainnya. Makabeliau melarangnya dengan bersabda : “Cukurlah seluruhnya ataubiarkan seluruhnya” (HR. Ahmad).

10. Membiarkan uban. Rasulullah ﷺ pernah bersabda : “Janganlah kalian mencabut uban, karena ia adalah cahaya seorang muslim. Barangsiapa yang ditumbuhi uban dalam Islam, Allah akan tulis dengannya kebaikan, akan Allah tutup dengannya kesalahan, dan akan Allah angkat dengannya satu derajat”. (HR. Ahmad). 

11. Mencukur kumis dan memelihara jenggot. Dari Abu Hurairah ra.ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Potong/cukurlah kumis kalian dan panjangkanlah jenggot. Selisilah oleh kalian kaum Majusi”.(HR. Muslim).

12. Larangan Memintal/Menguncir Jenggot. Dari Ruwaifi’, dariRasulullah ﷺ, beliau bersabda :“ Ruwaifii’, barangkaliengkau dianugerahi umur panjang setelahku nanti (meninggal), khabarkanlah kepada manusia bahwa barangsiapa yang mengikat/memintal jenggotnya, menggantungkan tali busur, atauberistinjaa’ dengan kotoran binatang atau tulang; makasesungguhnya Muhammad ﷺ berlepas diri darinya” [HR. Abu Dawud].

13. Larangan meratakan gigi, mencukur alis dan menato badan. Ibnu Mas’uud ra. berkata, “Allah telah melaknat orang yang mentato, orang yang minta ditato, orang yang menghilangkan bulualis, dan orang yang meratakan gigi untuk keindahan denganmerubah ciptaan Allah ta’ala. Mengapa aku tidak melaknat orang yang telah dilaknat Rasulullah ﷺ, padahal hal itu ada dalam Kitabullah” (HR. Bukhori dan Muslim).

14. Larangan membiarkan kuku lebih dari 40 hari. Anas ra. berkata, “Rasulullah ﷺ telah menentukan waktu buat kita untuk memotongkumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulukemaluan. Dan hendaknya kita tidak membiarkannya lebih dariempat puluh malam” (HR.Muslim).

Demikianlah sobat, beberapa adab dan larangan yang harus kita ingat dan amalkan saat berhias diri. Islam menganjurkan kepada kita semua agar selalu menjaga keindahan, kerapian terutama kesucian diri. Islam itu gampang, tapi nggak gampangan. Berhias diri itu mubah, tapi dalam praktiknya kita harus senantiasa memperhatikan batas-batas yang dibolehkan syari’at ya! Tampil cantik, ganteng, rapi, bersih, bolehlah! Tapi, melanggar aturan Allah no way-lah!

Karena sebaik-baik perhiasan adalah ketaqwaan. “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS. Al-A’raaf [7] :26). Wallahu a’lam. [BN]

Miskin dan Kaya Bukan Ukuran Kehinaan dan Kemuliaan

Alhamdulillah, allahumma sholli ‘ala Muhammad. Hari ini Allah ta’ala masih memperkenankan kita memiliki tubuh dan akal serta dapat melakukan kebaikan-kebaikan.

Sunnatullah, ketika haus mau minum, saat lapar mau makan, cari uang disaku tidak ada; bingung, ternyata disaku sebelahkiri, dan sunnatullah yang lain seperti Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, menumbuhkan tumbuhan, menetapkan rezeki bagi makhluk (manusia, hewan). Manusia telah Allah jamin rezekinya, telah ditetapkan kadar atau jumlah bilangannya. Apabila hari ini dapat 30 ribu, maka itulah rezeki kita. Bila hari ini dapat 45 ribu, lalu hilang 15 ribu, maka itulah (30 ribu) rezeki kita atau yang biasa terjadi pada mahasiswa, ketika uang mulai surut, eh tiba-tiba “nemu” uang disaku celana yang digantung (digantung, dalam arti lama tidak dipake) itu senang bukan main padahal ya. Uang itu ada disaku celananya sendiri. Seorang ibu rumah tangga, tiba-tiba suami memberikan uang untuk keperluan rumah tangga. Begitulah Allah mengatur rezeki bagi manusia, kadang cepat kadang lama, kadang sedikit kadang banyak, dan kadang tak kita sangka, bahkan bisa mengagetkan, seperti buah kelapa yang jatuh didepan kita.

Miskin dan kaya adalah sunnatullah. Tapi terkadang yang miskin tidak terima, yang kaya berfoya-foya. Artinya yang miskin tidak bersyukur yang kaya tidak bersyukur. Hidup rasanya tidak adil, kata yang miskin. “Setelah aku punya motor ini, aku ingin membeli mobil, dan mungkin juga rumah yang lebih besar”, kata yang kaya, dalam angannya.

Ar Rozaq, sifat Allah Yang Maha Pemberi Rezeki. Jauh sebelum penciptaan langit dan bumi Allah telah menetapkan takdir seseorang (termasuk rezekinya). “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim). Tentu Allah Yang Maha Tahu, lebih tau tentang sikon (situasi dan kondisi) kita. Allah menciptakan kita dengan keadaan yang miskin bukan tanpa alasan begitu sebaliknya, Allah menciptakan kita dengankeadaan yang kaya bukan tanpa alasan.

Bagaimana menurut Sobat Muslim, ketika yang kaya kikir, suka menghabiskan uang untuk yang tidak perlu, na’udzubillah, dibuat taruhan misalnya, suka memerintah kasar dengan uangnya, menindas yang lemah dengan uangnya. Disisi yang lain, bagaimana menurut Sobat Muslim, ketika yang miskin murah senyum, ramah, suka memberi walau sangat sedikit,suka menolong dengan sisa tenaganya. Lalu jika demikian,apakah yang kaya mulia, yang miskin hina? Tidak. Yang kaya tidak mulia, yang miskin tidak hina.

Ada dua kondisi lagi, seorang yang kaya suka memberi, bersedekah, berinfaq, memberi makan anak yatim, lapang dada, ramah dan dermawan. Disisi yang lain, seorang yang miskin sombong. Bagaimana menurut Sobat Muslim, apakah yang kaya mulia, yang miskin hina? Iya. Yang kaya mulia, yang miskin hina.

Empat kondisi yang berbeda: 1. Kaya sombong, 2. Miskin ramah, 3. Kaya ramah, 4. Miskin sombong. Bila disuruh memilih, pilih yang mana? Tiga. Sudah ketebak. Heheh.Memang benar ya, kaya miskin bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan. Lah, kan yang nomer 2 dan 3 itu orang yang mulia. Yups Sobat Muslim memang teliti. Miskin yang ramah dan kayayang ramah, memang orang mulia tapi dipandangan manusia. Manusia melihat mereka adalah orang yang mulia.Maksudnya, sebagian manusia melihat mereka orang yang mulia. Karena sebagian yang lain memandang mereka (dengan iri dan dengki). Bukankah yang kaya ramah, ada saja yang membenci, apalagi yang miskin ramah. Juga yang nomer 1 ada saja yang mendukung.

Al ‘Adlu, sifat Allah Yang Maha Adil. Maka mulia atau hina bukan menurut pandangan manusia, akan tetapi menurut pandangan Allah ta’ala. Kemuliaan seseorang disisi Allah ta’ala berdasarkan ketaqwaannya. Memperbaiki sholat, berkumpul dengan orang sholeh menjauhi lingkungan yang buruk, menghadiri mejelis ilmu atau menimba ilmu agama, perbanyak kebaikan menjauhi kemaksiatan, meneladani sunnah Rasulullah ﷺ. Bukankah yang demikian dapat dilakukan orang kaya dan/atau orang miskin?

Bagi hamba Allah yang ditetapkan dalam keadaan miskin, yang Allah inginkan adalah bersabar, bersyukur, berdo’a dan berusaha. Bagi hamba Allah yang ditetapkan dalam keadaan kaya, yang Allah inginkan adalah rendah hati, bersyukur, berdo’a dan berusaha. Yang penting bukan apa kata manusia, tapi apa kata Allah. Wallahua’lam bisshowab. [ASM]

Taubatnya Fudhail bin Iyadh

Kisah taubat Fudhail bin Iyadh merupakan sebuah kisah yang luar biasa. Bagaimana seorang perampok yang ditakuti, bisa menjadi takut dan kembali ingat kepada Allah setelah mendengar percakapan kafilah dagang yang takut kepadanya dan mendengarkan ayat Alquran. Padahal hari ini, banyak manusia –mungkin termasuk kita di dalamnya- adalah bukan seorang perampok, bukan juga orang yang dikenal sebagai penjahat atau orang yang terbiasa melakukan dosa secara terang-terangan, tetapi ketika mendengar ayat Alquran hati kita tidak bergetar, tidak mengingat dan mengagungkan Allah, nas’alullaha at-taufiq. Bagaimana kisah taubat seorang yang kemudian menjadi ulama besar ini. yukk simak ulasan singkat dibawah ini yaa Sahabat Muslim….

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Falkhafzein.wordpress.com%2F2015%2F11%2F02%2Fkisah-taubatnya-seorang-perampok-fudhail-bin-iyadh%2F&psig=AOvVaw2EqrTekHRvza3G5k_U5G4Q&ust=1621754735972000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCLiVpazh3PACFQAAAAAdAAAAABAD

          Seorang tetangga Fudhail bin Iyadh berkata, “Fudhail bin Iyadh adalah perampok (hebat) sehingga tidak memerlukan partner atau tim dalam merampok. Suatu malam dia pergi untuk merampok. Tak berapa lama ia pun bertemu dengan rombongan kafilah. Sebagian aggota kafilah itu berkata kepada yang lain, “Jangan masuk ke desa itu, karena di depan kita terdapat seorang perampok yang bernama Fudhail.”

          Fudhail yang mendengar percakapan anggota kafilah itu ternyata gemetar, dia tidak mengira bahwa orang-orang sampai setakut itu terhadap gangguan darinya, ia merasa betapa dirinya ini memberi mudharat dan bahaya bagi orang lain. Fudhail pun berkata, “Wahai kafilah, akulah Fudhail, lewatlah kalian. Demi Allah, aku berjanji (berusaha) tidak lagi bermaksiat kepada Allah selama-lamanya.” Sejak saat itu Fudhail meninggalkan dunia hitam yang telah ia geluti itu.

          Dikisahkan dari jalur riwayat yang lain, ada tambahan kisah bahwa Fudhail menerima kafilah tersebut sebagai tamunya pada malam itu. Dia berkata, “Kalian aman dari Fudhail.” Lalu Fudhail mencari makanan untuk ternak mereka. Manakala dia pulang, dia mendengar seseorang membaca ayat,

 “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)

          Mendengar ayat tersebut Fudhail berkomentar, “Berita-berita kami ditampakkan! Jika Engkau menampakkan keadaan kami, maka apa yang kami sembunyikan pasti akan terlihat dan kami akan malu. Jika Engkau menampakkan amalan kami, maka kami akan celaka karena adzab-Mu.”

          Dan aku (tetangga Fudhail) mendengarnya mengatakan, “Kamu berhias untuk manusia, berdandan untuk mereka, dan kamu terus berbuat riya’, sehingga mereka mengenalmu sebagai seorang yang shaleh. Mereka menunaikan kebutuhanmu, melapangkan tempat dudukmu (menyambutmu), dan bermuamalah denganmu karena mereka salah duga. Keadaanmu benar-benar buruk jika demikian adanya.”

Aku juga mendengarnya mengatakan, “Jika kamu mampu untuk tidak dikenal, maka lakukanlah. Kamu tidak rugi walaupun tidak dikenal, dan kamu tidak rugi walaupun kamu tidak dipuji. Kamu tidak rugi walaupun kamu tercela di mata manusia, asalkan di mata Allah kamu selalu terpuji.”

Pelajaran:

Seorang yang terbiasa melakukan perbuatan dosa, maka hatinya akan menghitam sehingga sulit menerima hidayah. Namun terkadang, ada sedikit celah di hatinya yang belum tertutup dengan gelapnya maksiat. Apabila ia gunakan bagian kecil ini untuk merenungkan dan mengingat kekuasaan Allah, maka Allah akan bersihkan hatinya dari noda-noda hitam dosa kemaksiatan. Sebaliknya, apabila ia tetap menuruti hawa nafsunya, maka hati tersebut semakin menghitam dan lama-kelamaan akan mati dan tidak menerima hidayah.

Sumber: at-Tawwabin oleh Imam Ibnu Qudamah

JIKA MELALAIKAN SHALAT

Assalamualaykum warahmatullah wabarakatuh

kembali lagi sahabat Muslim pada Rubrik Fiqih Buletin Ar-Rayyan

semoga bermanfaar Sahabat Muslim….

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Islam didirikan di atas lima hal. Syahadat bahwa tiada tuhan selain kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah jika mampu.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Sobat, sebagai muslim, kita tentu sudah paham betul bahwa shalat lima waktu adalah kewajiban. Sebagai rukun Islam, kedudukan shalat ibarat tiang atau pilar suatu bangunan. Jika tiang roboh maka, bangunan tersebut pun akan roboh. Begitu pula dengan Islam, bisa roboh dengan hilangnya shalat. Faktanya, di antara kaum muslimin ada yang secara terang-terangan melalaikan shalat dengan berbagai alasan seperti kesibukan, perjalanan bahkan karena sebuah acara perayaan seperti karnaval. Biasanya, dalam acara karnaval seorang butuh waktu berjam-jam untuk menyiapkan pertunjukan baik kostum, tata rias dan sebagainya dan pertunjukan pun dilakukan dalam waktu yang lama hingga bisa melewatkan beberapa waktu shalat wajib. Lantas, bolehkah kita menunda bahkan meninggalkan shalat wajib?

Tentu saja sebagai suatu kewajiban, shalat lima waktu tak boleh ditinggalkan bagaimanapun kondisinya karena ada konsekuensi dosa jika ditinggalkan. Jika seseorang meninggalkan shalat dengan disengaja atau tidak, maka dia berkewajiban untuk mengganti (qadha’) shalat yang ditinggalkannya. Akan tetapi, sebagai seorang muslim kita tak boleh dengan begitu mudahnya meremehkan shalat karena sesungguhnya Islam telah mengatur batas-batas waktu shalat. “…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ : 103). Oleh karenanya, seorang muslim yang taat haruslah memperhatikan waktu-waktu shalat dan mengerjakannya tepat waktu.

Ketauhilah sobat, Allah sangat mencela orang-orang melalaikan shalat seperti tertulis dalam Qur’an Surat Al-Ma’un ayat 4-5. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”  Ibnu Katsir rahimallahu berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dalam shalatnya adalah:

  1. Orang yang menunda shalat dari awal waktunya sehingga ia mengakhirkan sampai waktunya habis.
  2. Orang yang tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
  3. Orang tersebut tidak khusyu’ dalam shalat dan tidak merenungi bacaan shalat

Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka ia termasuk bagian dari mereka yang dicela di QS. Al Maa’uun tersebut. Na’udzubillahi mindzalik.

Adakah adzab bagi orang melalaikan shalat?

Sebagaimana diriwiyatkan oleh Imam Bukhori dalam shahihnya, dari Sahabat Samurah bin Junab radhiyallahu ‘anhu dalam hadits yang sangat panjang tentang sabda Rasulullah ﷺ (kisah tentang dalam mimpi beliau , “Kami mendatangi seorang laki-laki yang terbaring dan ada juga yang lain yang berdiri sambil membawa batu besar, tiba-tiba orang tersebut menjatuhkan batu besar tadi ke kepala laki-laki yang sedang berbaring dan memecahkan kepalanya sehingga berhamburanlah pecahan batu itu di sana-sini, kemudian ia mengambil batu itu dan melakukannya lagi. Dan tidaklah ia kembali mengulangi hal tersebut sampai kepalanya utuh kembali seperti semula dan ia terus menerus mengulanginya seperti pertama kali.” Disebutkan dalam penjelasan hadits ini, “Sesungguhnya laki-laki tersebut adalah orang yang mengambil Al Qur’an dan ia menolaknya, dan orang yang tidur untuk meninggalkan shalat wajib.”

Tahukah Sob, bahwa orang yang meninggalkan shalat bakal mendapat kehinaan? Baik itu di dunia maupun di akhirat. Kehinaan di dunia: Allah swt menghapus berkah dari usaha serta rezekinya, Allah swt mencabut Nur orang-orang mukmin (shaleh) dari pada (wajah) nya, maka bakal dibenci oleh orang-orang yang beriman. Disaat Sakaratul Maut: Ruh dicabut ketika berada di dalam keadaan yang sangat haus, merasakan azab yang amat pedih ketika ruh dicabut keluar, bakal meninggal dunia dengan tutorial yang kurang baik (su’ul khatimah), dirisaukan serta bakal hilang imannya. Saat Sakaratul Maut: merasa sulit (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta meneriman hukuman) dari Malaikat Mungkar serta Nakir yang sangat menakutkan, kuburnya bakal menjadi sangat gelap, kuburnya bakal menghimpit jadi semua tulang-tulang rusuknya berkumpul (semacam jari berjumpa jari), siksaan oleh binatang-binatang berbisa semacam ular, kalajengking serta lipan (http://islamidia.com/).

Sobat, ketahuilah bahwa amalan yang pertama kali dihisab adalah shalat, sehingga marilah kita selalu menjaga dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Jangan sampai kita seperti orang munafik yang bermalas-malasan dalam melaksanakan shalat lima waktu terutama waktu shubuh dan isya’. Juga, jangan sampai kita menjadi manusia yang buruk seperti disebutkan dalam Al-Qur’an, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.”( QS. Maryam : 59-60).  Senantiasa ingatlah bahwa shalat adalah sarana kita untuk meminta pertolongan kepada Allah. Kapankah kita bisa hidup di dunia ini tanpa pertolongan Allah? Setiap saat kita butuh kepada-Nya, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al Baqarah:45). Sungguh, shalat itu sungguh berat kecuali bagi mereka yang hatinya merasa takut terhadap murka. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang khusyu’ dan menjauhkan kita dari golongan orang-orang yang lalai. Wallahu a’lam. [W].

CERDAS berSOSIAL MEDIA

https://2.bp.blogspot.com/–XkRtbMLGhw/WvJnjpdj-_I/AAAAAAAACMA/IhSSI2BQR3kD6tenEQt5EfSsY-IgEd6xACEwYBhgL/w1200-h630-p-k-no-nu/social-media-1.png

Assalamualaykum warahmatullah wabarakatuh Sobat Muslim……

Ahlan wa Sahlan ?? MasyaAllah lamaa tak bersua, semoga senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala, Aamiin…

kali ini AeR akan kembali menyapa sobat Muslim semuaanyaa, semoga bermanfaat yaa sobat Muslim …

Oiya, Tau dong yaa, sosial media saat ini lagi in bangetz pakai Z (hehe), nah pernah nggk sobat Muslim berfikir gimanaa yaa memaksimalkan sosial media yang kita punya dengan baik dan benar ??? Pernah nggk nih ? hehe.

Nah ulasan kali ini, AeR akan bagi ke sobat sekalian tentang CERDAS BERSOSIAL MEDIA, penasaran gimana caranyaa ? Let’s check this out….

Sosial media memiliki banyak manfaat salah satunya digunakan sebagai alat branding pihak swasta maupun pemerintahan, baik individu maupun kolektif. Branding dalam hal ini bisa berarti memperkenalkan produk, publikasi tokoh, menyampaikan ide atau gagasan dan banyak lagi. Salah satu ide atau gagasan yang sedang hangat di branding di sosial media baru-baru ini adalah gagasan seputar agama.

Baru-baru ini, ide seputar agama menjadi makanan empuk di sosial media. Apabila gagasan tersebut banyak yang mengamini maka gagasan tersebut akan secepat kilat mendapat respon yang positif dari para netizen, pun sebaliknya apabila gagasan terebut dirasa negatif, maka respon penolakannyapun akan begitu cepat bahkan seringkali menjadi bahan bullying hingga cacian dalam berbagai level (sedang sampai pedazz )

Menurut psikolog dan pakar perilaku manusia dari university of Melbourne, Brent Coker, menyatakan beberapa alasan mengapa netizen berbagi dan menyukai postingan di fb. “Mengapa bisa menyebar dan menjalar karena hal tersebut membangkitkan emosi yang kuat dan menciptakan sesuatu yang disebut gairah kognitif yang memotivasi orang untuk bertindak”, kata Dr. Coker. Menurutnya, dengan mendapatkan “like” ataupun “share” dalam jumlah banyak, akan memunculkan ganjaran psikologis yang besar namun seringkali ide yang beredar tidak sepenuhnya benar. Beberapa diantaranya merupakan hoax atau berita palsu atau gabungan fakta yang ditafsirkan sedemikian rupa sehingga memunculkan interpretasi sebagai berita palsu.

Menyikapi hal tersebut, seorang muslim harus mampu memposisikan diri sebagai muslim yang cerdas dalam bersosial media. Lalu bagaimana caranya? Simak tips dan trik ala AeR berikut :

  1. Tidak membuat berita bohong atau palsu. Bagi muslim, larangan berbohong merupakan barang tentu yang sudah ditanamkan sejak kecil. Hal ini disebabkan, karena panutan kita Rasulullah ﷺ memiliki sifat “Shiddiq” yang teramalkan diberbagai aspek kehidupan beliau.
  2. Selalu melakukan klarifikasi terhadap berbagai berita atau informasi yang kita dapat serta jangan mendahulukan perasaan maupun nafsu. Dalam Islam, hal demikian dikenal dengan istilah “tabayyun” atau klarifikasi terhadap sumber yang akurat dan dipercaya sebelum kita sekedar “like” apalagi “share”. karena apa? Karena jika berita tersebut benar maka pahala yang kita dapat, namun akan menjadi masalah apabila ternyata berita yang kita sebar adalah kebohongan. Alih alih mendapat pahala dakwah, justru dosa jariah yang kita dapat, ngeri juga kan sobat? So… bagaimana ketika kita sudah terlanjur menyebarkannya? Ya tentu kita harus bertanggung jawab, dengan apa? Dengan mengklarifikasi disertai minta maaf karena menyebarkan berita tidak benar.
  3. Memahami isi berita secara menyeluruh agar tidak menimbulkan perspektif maupun interpretasi yang salah. Jika ada seseorang yang hanya membaca judul kemudian menyimpulkan seolah-seolah ia mengetahui secara detail lalu menyebarkannya maka tentu ia bukanlah muslim yang baik dalam bersosial media.
  4. Menggunakan sosial media sebagai sarana dakwah dan berbagi hal yang informatif, inspiratif dan pastinya bukan provokatif. Daripada mengisinya dengan hal yang dapat menyulut provokasi, maka lebih baik mengisinya dengan hal yang bermanfaat untuk agama seperti dakwah bil hikmah misalnya. Dengan sosial media kita dapat memperoleh pahala jariah karena postingan kita mengandung ilmu yang bermanfaat, pun juga sebaliknya (naudzubillah).

Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun (HR. Imam Muslim, no. 2674)

  • Tidak mudah terpancing emosi. Apabila terdapat pembahasan yang tidak disetujui, maka hendaklah menyampaikan ketidaksetujuan kita dengan cara yang ma’ruf (santun, tenang, dan tidak memancing marah). Apabila sudah disampaikan semaksimal mungkin namum tetap tidak ada perubahan, maka fitur “blokir” bisa kita manfaatkan dalam hal ini sebagai representasi “berkata baik atau diam”, hehehe
  • Tidak menjadikan media sosial sebagai ajang ghibah, fitnah, namimah dan kejelekan lainnya. Seringkali netizen menggunakan sosial media sebagai ajang bergosip ria di sebuah grup tertutup. Sering juga sosial media dijadikan ajang tameng untuk menghina atau melecehkan orang lain. Misalnya dengan membuat meme dengan kalimat seolah-olah orang tersebut mengatakan demikian padahal tidak, padahal hanya opini kita saja. Kita boleh mengkritik tapi bukan menghina, muslim yang cerdas itu bisa membedakan mana kritikan mana hinaan, jadi tetap cerdas ya sob.
  • Pertimbangkan manfaat dan mafsadatnya ketika hendak men”share” berita. Sosial media mengandung banyak kata, gambar, video dan audio. Hendaklah kita berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk meng”enter”, jangan sampai tidak ada manfaat yang terkandung atau justru mengundang banyak masalah kedepannya. Mengumbar kegalauan di sosial media tidak akan menyelesaiakan masalah justru seringkali menambah masalah, tiada guna bagi diri sendiri apalagi bagi orang lain justru menunjukkan rendahnya kualitas diri. Ada baiknya sebelum “share”  kita bertanya pada diri kita sendiri “apa manfaat yang diperoleh? Permasalahan apa yang hendak disolusi?” tapi jangan beralibi dengan jawaban “mensolusi kegalauanku” yah… hehehe

Bersosial media memang punya banyak manfaat, namun kita harus jadi muslim yang cerdas. Dalam hal ini kita harus bijak menggunakan media sosial agar kita bisa merasakan manfaat yang besar dan meminimalisir dampak buruk yang akan terjadi. Khusus untuk penggunaan sosial media pada anak-anak usia sekolah maka perlu peran serta berbagai pihak terkait untuk memantau dan mengawasi penggunaannya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. [HA]

Semoga bermanfaat…

Dirangkum dari berbagai sumber

MENJUAL BARANG YANG BELUM LUNAS KREDITNYA

jual beli islam

Quinsha sosok wanita yang selalu up tu date masalah produk HP terbaru dikalangan teman sekolahnya, meskipun dia tergolong dari keluarga yang pas-pasan. Namun Quin lebih terkenal lagi ketika saatnya dia harus membayar cicilan HPnya akan tetapi uang tidak berpihak padanya. Namun, dengan kecerdasannya Quin mulai menawarkan HPnya kepada teman-temannya untuk dijual agar bisa membayar cicilan atau melunasi hpnya. Sehingga dia terkenal dengan julukan “ratu kredit”.

Continue reading “MENJUAL BARANG YANG BELUM LUNAS KREDITNYA”

Air Hujan….

Air Hujan Tawar, Mengapa ???

p-bermain-perahu-air-hujan

Beberapa bulan terakhir ini lagi musim hujan ya sob, so selalu sedia payung atau jas hujan sob, biar nggak kehujanan atau kedinginan J. Ngomong-ngomong tentang hujan nih, pernah terbesit nggak pertanyaan “kenapa sih kok air hujan itu tawar??” Padahal kita tau kalo air hujan itu berasal dari penguapan air dan 97% merupakan penguapan air laut yang rasanya asin.

Continue reading “Air Hujan….”

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑